Tuesday 17 July 2012

Adab Percakapan


Perhatikanlah lidahmu, kebanyakan manusia masuk neraka disebabkan oleh lidah mereka
Perhatikan lidahmu dari :
1.   kesaksian palsu
2.   Bergunjing atau ghibah
3.   Penyebaran berita baru (tanpa mengecek kebenaran berita)
4.    Berbohong
5.    Berbicara yang tidak berguna (omong kosong)
6.    Berbicara kekufuran
7.    Berbicara mengenai perkara seksual
8.    Berbicara mengenai apa yang tidak diperkenankan Allah SWT (Berbicara yang dilarang Allah SWT)
Menjaga Lisan
Rasulullah bersabda :
“Seseorang terkadang mengeluarkan perkataan yang tiada diperhatikan, tahu-tahu dirinya terperosok ke jurang neraka sedalam jarak timur dan barat”(HR Bukhori No. 6477 / Muslim No. 2988 / musnad Imam Ahmad No. 8703)
Atau dalam hadits lain :
“Seseorang yang berkata dengan suatu perkataan yang membuat orang-orang tertawa, maka dia akan pergi dengan perkataannya itu ke tempat yang jauh (dari dunia masuk ke neraka)” (musnad Imam Ahmad No. 8967).
Beberapa sumpah dengan memakai konotasi seksual adalah jelas haram
Perbuatan mengutuk (seseorang) adalah jelas tidak dibenarkan Bagaimana pun juga kutukan kepada orang-orang kafir telah datang dari Al-Qur’an, sebab Allah telah mengutuk mereka, meskipun kita tidak mengutuk mereka setiap waktu karena hal itu tidak perlu. Berbicara yang mengakibatkan seseorang sampai terlihat buruk (mengejek) adalah haram.Rasulullah SAW bersabda :

“Seorang muslim tidak boleh bersumpah yang berisi kutukan atau ejekan” (HR Muslim)
Tidak diperbolehkan untuk bersumpah atas sesuatu dengan bersandarkan atas batu, angin, waktu dan lain-lain (tidak diperbolehkan bersumpah atas selain Allah SWT.).
Rasulullah SAW bersabda :
“Seseorang tiada terasa terkadang mengucapkan suatu kalimat yang menjadi faktor ia memperoleh ridho Allah, tahu-tahu derajatnya menanjak beberapa tingkat, dan sebaliknya seseorang terkadang melontarkan suatu ucapan yang mengakibatkan murka Allah dengan tiada diperhatikan, tahu-tahu dirinya sudah jauh terperosok ke jurang neraka”. (HR Bukhori No. 6478 / Musnad Imam Ahmad No. 8206 / Al-Muwatta’ No. 1849)
Mu’adz Ibnu Jabir bertanya kepada Rasulullah SAW :
“Ya Rasul, jelaskanlan kepadaku tentang amal perbuatan  yang mewajibkan aku masuk surga dan menjauhkannya dari api neraka ?”
Rasulullah SAW bersabda :
“Pangkal segala perkara (agama Islam), tiangnya sholat lima waktu dan puncak dari segala perbuatan baik adalah jihad, lalu Rasulullah bertanya lagi ? Maukah aku tunjukkan kunci pembuka semuanya ? Dia menjawab ? Baik ya Rasulullah. Rasulullah SAW bersabda :’Jagalah ini (mulut/lidah) sambil beliau pegang. Dia bertanya lagi: ‘Ya Rasul, adakah tuntutan bagi perkataanku semuanya ? Rasulullah menjawab : “ Celaka kau, ketahuilah kebanyakan manusia terjerumus ke jurang neraka, akibat ucapan yang keluar dari lidahnya.” (Musnad Imam Ahmad No.21511 / Tirmidzi No. 2616 / Ibnu Majah No. 3973).
Dari Jahl Ibnu Sa’id, Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa yang menjadi penjamin untuk penjagaan antara bibirmu (lidahmu) dan antara kakinya (perbuatannya), aku (sunnahku)adalah penjamin untuk surga-Nya. (HR Bukhori No. 6474 / Musnad Imam Ahmad No. 22136 / Tirmidzi No. 2408)
Dari Abu Sa’id Al Khudri,Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila waktu pagi tiba, anggota tubuh seseorang memberi peringatan kepada mulut atau lidah, katanya: ? Hai mulut, berhati-hatilah kamu dalam menjaga keselamatan kami, sebab selamat atau tidaknya kami tergantung kepadamu, jika engkau selalu lurus maka selamatlah kami, tetapi jika kau menyimpang atau sesat maka kamipun ikut sesat pula.” (Musnad Imam Ahmad No. 11498 / 11908 / Tirmidzii 2407)
2. Berkata yang baik atau diam (tutup mulut)
Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, dia tidak akan berbuat kerusakan terhadap tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia akan menghormati tamu. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah menghalangi seseorang menyampaikan kebaikan (Islam) atau kalau tidak mampu hendaklah diam. ( HR. Bukhori No. 6018 / Muslim No.47 / Musnad Imam Ahmad)
3. Setiap perkataan yang baik adalah ibadah
Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Berdamai dengan sesama manusia adalah shodaqoh, keadilan yang diterapkan setiap harinya adalah shodaqoh, setiap orang yang kamu tolong dengan memberi makan pada binatang piaraannya adalah shodaqoh dan perkataan yang baik adalah shodaqoh dan setiap langkah untuk menunaikan sholat adalah ibadah dan menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan adalah shodaqoh. ( HR. Bukhori No. 2989 / Muslim No. 1009 / Musnad Imam Ahmad No. 27400 )
Dari Uday Ibnu Hakim, Rasulullah SAW pernah menyebutkan tentang neraka dan ketika dia menyebutkannya raut mukanya berubah dan berkata :
“A’udhzubillah’ dan dia berkata dua kali kemudian beliau bersabda:
”Takutlah kepada Allah dan selamatkanlah dirimu dari api neraka yang merupakan ketetapan yang pasti tanggalnya, jika kamu tidak dapat berbuat kebajikan, maka berkatalah dengan perkataan yang baik.”(HR. Bukhori No. 6562 / Muslim No. 1016/ Musnad Imam Ahmad No.17782 dan An Nasa`i No.2553)
4. Sesuatu kebaikan adalah sedikit berbicara dan tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Al Mughiroh Ibnu Shu’bah, Rasulullah SAW bersabda:
“Allah melarangmu untuk tidak mematuhi perintah orang tuamu, melarang untuk tidak menghormati orang tuamu, untuk mengambil dan memberi sesuatu yang tidak benar, mengubur anak-anakmu (yang baru lahir) dan tidak menyukai perbuatan ghibah atau menggunjing dan banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak bermanfaat serta pemborosan dari uangmu. (HR. Bukhori No. 5975/Muslim No.593/Musnad Imam Ahmad No. 1781)
Jabir Ibnu Abdullah, Rasulullah SAW bersabda:
Siapa saja yang mencintaiku, maka ia akan duduk denganku di dalam majelis di hari perhitungan nanti, mereka adalah orang yang memiliki karakter yang baik (memiliki kepribadian Islam) dan mereka yang membenciku, maka ia akan jauh dari majelisku pada hari perhitungan nanti, mereka adalah at-tatharun, yaitu orang-orang yang banyak bicara (terutama membicarakan sesuatu yang tidak islami) dan mereka ketika berbicara dengan keras (al-mudashadikun- ketika kamu menekankan kata yang membuat pembicaraan menjadi panjang dan diiringi oleh ekspresi wajah) dan mutafayqihun- mereka adalah orang-orang yang tidak terpelajar, tetapi berkata tentang fiqh berdasarkan pemikirannya sendiri (atau memberi fatwa). Shahabat bertanya:‘Kita tahu bahwa mereka banyak bicara, kita tahu tentang mereka yang berbicara keras tetapi apakah mereka adalah orang-orang yang alim ?  Rasulullah SAW menjawab: “mereka adalah orang-orang yang sombong dan tidak memiliki ilmu pengetahuan.” (Musnad Imam Ahmad No.17278/Tirmidzi 2018/Sharh muslim XII hal 10)
Umar bin Khattab berkata: ‘Siapa saja yang banyak bicara dia memiliki juga banyak dosa.’
Ibn Kaasib berkata: ‘Saya mendengar Imam Malik berkata bahwa tidak baik banyak bicara, ambillah pelajaran dari wanita dan anak-anak dan berhati-hatilah akan hal itu.’
5. Berhati-hatilah terhadap perbuatan ghibah /menggunjing dan memfitnah
Menyebutkan perihal tentang saudaramu yang muslim terhadap apa yang tidak disukainya adalah perbuatan ghibah/menggunjing.
Ghibah adalah membicarakan karakter seseorang, atribut-atribut fisik dibelakangnya yang jika ia (orang itu) tahu dia tidak akan menyukai pembicaraan tadi.
Membicarakan orang untuk keperluan persaksian bukan merupakan bentuk ghibah meskipun orang yang dibicarakan tidak ingin hal itu diketahui oleh orang lain.
Membicarakan kecacatan/kejelekan seseorang, yang orang itu tidak ingin kecacatannya diketahui orang, maka termasuk ghibah sebab telah membicarakan hal kecacatan/keburukan fisiknya.
Membicarakan seseorang menjadi suatu kebutuhan jika diperlukan untuk kesaksian.
Abu Huroiroh menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Apakah kamu tahu yang disebut ghibah/menggunjing itu ? Dia berkata:  ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’  “Membicarakan seseorang dibelakangnya yang mana orang yang dibicarakan tidak menyukainya.” ‘Apakah tetap menghina/menggunjing jika yang dibicarakan adalah suatu kebenaran? Jika yang dibicarakan benar maka itulah yang disebut ghibah dan jika yang dibicarakan adalah salah maka disebut dengan fitnah.” (HR. Muslim No.2589/Musnad Imam Ahmad No. 2160/Tirmidzi No.1934)
Rasulullah SAW bersabda;
“Bukan termasuk ghibah jika tertuju untuk orang yang fasiq.” (HR. Tirmidzi/Faidhil Kabir vol 6 hal 28/Kitab Tadribi Ar-Raawi (Imam Suyuthi) vol 2 hall 274)
Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik dan berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan 4 orang saksi, maka deralah mereka yang menuduh itu dengan 80 kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasiq,kecuali orang-orang yang bertaubat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. 24 : 4-5)
6. Haram untuk mengatakan:
Saya bebas berbuat apa saja yang saya suka
Saya tidak peduli
Bersumpah selain dari Allah
Manusia mengerjakan apa saja (yang ia sukai)
Adanya kebebasan dalam beragama
7. Berbohong dalam keadaan sadar
Berbohong adalah bentuk kebalikan dari realita (kenyataan) baik ia paham maupun tidak
Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaknya kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS 9 : 119)
Berbohong adalah perbuatan haram dan siapa saja yang mengingkarinya (bahwa berbohong itu adalah haram) adalah kafir
Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tanda-tanda orang munafiq ada 3, ketika berbicara dia berbohong, ketika dia berjanji dia mengingkarinya dan ketika kamu memberinya amanah dia menghianatinya.” (HR. Bukhori No. 6095)
Tanda-tanda dari orang munafiq
“Dan ketika kamu mempunyai perjanjian dengannya, dia merusaknya dan ketika  marah dia bersumpah.” (QS.4:62)
Berbohong adalah salah satu tanda(yang disebut dalam Al-Qur`an sebagai tanda-tanda orang kafir).
Ibnu Taimiyah berkata :‘Berhati-hatilah atas tafsir yang merupakan variasi/tipe dari pengkhabaran yang berasal dari Allah SWT (Al-Qur’an)
Abdullah Ibnu Amru berkata: ‘Yang termasuk dosa besar adalah syirik, durhaka pada orang tua, berbohong dan bersaksi palsu.’ (HR. Bukhori No.6675/Tirmidzi No.3021)
Ada 3 tempat/kondisi berbohong yang diperbolehkan yaitu :
1. dalam jihad (perang)
2. dalam mendamaikan antara sesama muslim
3. antara suami istri untuk memelihara kerukunan dan ketenangan rumah tangga
Ummu Kultsum berkata bahwa Rasulullah mengharamkan berbohong kecuali dalam 3 tempat/kondisi yaitu untuk mendamaikan, dalam jihad (perang) dan antara suami-istri.

Rasulullah S.A.W. bersabda,
“Janganlah bercakap melebihi dari zikrullah. Sesungguhnya dengan banyak bercakap akan mengeraskan hati dan bila hatinya telah keras maka ia akan menjadi semakin jauh dari Allah”.
01. Bercakaplah dengan nada yang jelas tanpa ada rasa keraguan dan jangan bercakap dengan nada yang samar-samar, sebagaimana dalam hadis Aisyah R.A.:
“Bahawasanya perkataan Rasulullah S.A.W. itu selalu jelas sehingga boleh difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)
02. Jangan bercakap mengenai hal orang lain dan jangan memanggil seseorang dengan gelaran yang tidak menyenangkannya, berdasarkan Surah Al-Hujurat:11 dan juga hadis Nabi S.A.W :
“Jika seseorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
03. Jangan membuat fitnah dan menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad sahih)
04. Semua percakapan mestilah membawa kebaikan, (Surah An-Nisa’:114 dan Surah Al-Mukminuun:3), dalam hadis Nabi S.A.W. menyebutkan :
“Barangsiapa yang beriman pada Allah dan pada hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)
05. Seimbang dan menjauhi sikap berdolak-dalik, berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan bersikap sombong dalam bercakap.” Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui erti ats-tsarsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun?” maka jawab Nabi S.A.W.: “Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
Mengulangi kata-kata penting jika diperlukan, dari Anas R.A. bahawa adalah Nabi S.A.W. jika bercakap maka baginda akan mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda mendatangi rumah seseorang maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
07. Menghindari banyak bercakap, kerana khuatir membosankan orang yang mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il :
“Adalah Ibnu Mas’ud R.A. senantiasa mengajari kami setiap hari khamis, maka berkata seorang lelaki: “Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Mas’ud)! Seandainya engkau mahu mengajari kami setiap hari?” Maka jawab Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir membosankan kalian, kerana aku pun pernah meminta yang demikian pada Nabi S.A.W. dan baginda menjawab khuatir membosankan kami.” (HR Muttafaq’alaih)
08. Menghindari mengucapkan yang batil, berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai Allah yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah SWT keredhaanNya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan sahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
09. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan kerana terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi S.A.W. :
“Aku jamin rumah di dasar syurga bagi orang yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah syurga bagi orang yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaknya.” (HR Abu Daud)
10. Menghindari banyak berkelakar, berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang di sisi Allah SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika ia diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadis Nabi S.A.W. :
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Muttaafaq’alaih)
13. Bercakaplah di depan dengan cara bertentangan mata dan jangan bercakap di belakang, ini ialah untuk mengelakkan timbulnya keraguan dan salah faham.
14. Jika seseorang sedang bercakap tentang sesuatu tajuk dan tajuk itu belum habis dibincangkan, maka janganlah mengutarakan tajuk baru atau memotong perbualannya itu.
15. Jika seseorang sedang makan, maka janganlah bercakap tentang sesuatu yang menjijikkan atau tentang sesuatu yang tidak disukai olehnya.
16. Jangan bercakap di depan orang yang sedang sakit tentang sesuatu yang mendukacitakan, sebaliknya ucapkanlah tentang sesuatu yang memberangsangkan.
17. Jangan sesekali meniru gaya percakapan atau telor orang yang jahil dalam agama.
18. Jangan bercakap secara berkumam mulut.
19. Jangan memanggil orang yang lebih tua dari kita dengan panggilan nama, seeloknya panggillah dengan nama yang memuliakan mereka.
20. Jangan bercakap tentang sesuatu perkara yang anda sendiri masih kurang pasti mengenainya.

No comments:

Post a Comment